CINTA tak berbalas, rasanya sakit sangat. Tapi malu yang terasa saat semuanya terbongkar, lebih menyakitkan sampai aku pernah berharap yang aku akan terus tidur, tidur dan terus tertidur selama tiga hari tiga malam, kalaupun bukan untuk selama-lamanya. Sungguh... hati di dalam sudah tidak mampu mengenang sesuatu yang sudah terlepas daripada genggaman. Atau lebih tepat lagi, tidak pun pernah ada di genggaman selama ini. Ya... aku hanya memuja bulan!
Tapi... alangkah indah jika bulan yang dipuja itu benar-benar menjadi milikku, milik yang abadi.
Sayang sekali hakikat hidup, tidaklah seenteng itu. Jarak aku dan bulan yang terlalu jauh tidak memungkinkan tangan menggapai. Kenyataannya, bukan semua keinginan akan jadi nyata. Aku reda, aku terima apa yang berlaku walaupun dalam reda, ada pelbagai rasa bergolak dalam diri. Bukan sehari, bukan sebulan, bukan setahun, bukan juga sepuluh tahun! Tapi hampir menjangkau 20 tahun aku menunggu dia. Menunggu dia yang langsung tidak ingat padaku setelah dia pergi.
Bertemu dia kembali, memang impianku selama ini, semenjak dia pergi. Tapi bertemu dia dengan hati yang sudah dipenuhi dengan nama gadis lain, mimpiku tiba-tiba jadi gerhana. Hampa yang terasa seperti tidak mampu kutanggung lagi. Namun... aku terus ke depan. Pada dia, aku cuba berlagak tenang walau dalam tenang aku menjadi pelarian.
Tapi... alangkah indah jika bulan yang dipuja itu benar-benar menjadi milikku, milik yang abadi.
Sayang sekali hakikat hidup, tidaklah seenteng itu. Jarak aku dan bulan yang terlalu jauh tidak memungkinkan tangan menggapai. Kenyataannya, bukan semua keinginan akan jadi nyata. Aku reda, aku terima apa yang berlaku walaupun dalam reda, ada pelbagai rasa bergolak dalam diri. Bukan sehari, bukan sebulan, bukan setahun, bukan juga sepuluh tahun! Tapi hampir menjangkau 20 tahun aku menunggu dia. Menunggu dia yang langsung tidak ingat padaku setelah dia pergi.
Bertemu dia kembali, memang impianku selama ini, semenjak dia pergi. Tapi bertemu dia dengan hati yang sudah dipenuhi dengan nama gadis lain, mimpiku tiba-tiba jadi gerhana. Hampa yang terasa seperti tidak mampu kutanggung lagi. Namun... aku terus ke depan. Pada dia, aku cuba berlagak tenang walau dalam tenang aku menjadi pelarian.
Gambar itu... sekeping gambar itu, tanpa sedar membongkar hati yang lama kusimpan. Lantas, aku pergi... tak mungkin terus menunggu keajaiban tiba. Tapi, jika memang sudah tertulis dia milikku, tidak ada siapa mampu menghalang. Dan semalam... secara rasminya, dia... dia yang bernama Khilfie itu menjadi suami kepada aku yang bernama Nurzalis Najwa.
Untuk dia... saya mahu awak berjanji, berjanjilah yang awak akan terus cintai saya sehingga denyut nadi awak yang terakhir.
akak... sgt suka n3 nie... bila "anak" yg ni nk kuar?
ReplyDeletekalau x ada aral... mungkin awal thn depan. tp masih x tau bulan berapa. tunggu ya...
ReplyDelete~best sangat..(^_^)
ReplyDeleteterima kasih... ;-)
ReplyDeleteoh ni la , eehah : kan kahwin jugak tuyh hah : hehe ; i like !
ReplyDeleteyup... nanti jgn lupa baca ya... ;-)
ReplyDelete